Minggu, 11 November 2012

PERKEMBANGAN MANAJEMEN dan PERBEDAAN PRINSIP MANAJEMEN


Pengertian, Sejarah dan Perkembangan Manajemen

Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yg berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yg berasal dari bahasa latin manus yg berati “tangan”.
Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yg berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yg berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yg memiliki arti seni melaksanakan & mengatur.
Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yg memiliki arti seni melaksanakan & mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yg mapan & diterima secara universal.
Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sbg seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorangmanajer bertugas mengatur & mengarahkan orang lain ukt mencapai tujuanorganisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sbg sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, & pengontrolan sumber daya ukt mencapai sasaran (goals) secara efektif & efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dpt dicapai sesuai dgn perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yg ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, & sesuai dgn jadwal.
Banyak kesulitan yg terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yg lalu. Hal ini dibuktikan dgn adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lbh dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tdk akan berhasil dibangun jika tdk ada seseorang yg merencanakan apa yg harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin & mengarahkan para pekerja, & menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Pembangunan piramida ini tdk mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yg merencanakan, mengorganisasikan & menggerakan para pekerja, & mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik manajemen lainnya dpt disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yg ketika itu menjadi pusat perekonomian & perdagangan di sana. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis & melakukan byk kegiatan yg lazim terjadi di organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal & pd tiap-tiap perhentian, bahan baku & tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dgn model lini perakitan (assembly line) yg dikembangkan oleh Hanry Ford ukt merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan & pergudangan ukt memantau isinya, manajemen sumber daya manusia ukt mengelola angkatan kerja, & sistem akuntansi ukt melacak pendapatan & biaya.
Daniel Wren membagi evolusi pemikiran manajemen dalam 4 fase, yaitu pemikiran awal, era manajemen sains, era manusia sosial, & era moderen.

Pemikiran Awal Manajemen

Sebelum abad ke-20, terjadi 2 peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pd tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yg akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yg spesifik & berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sbg contoh, Smith mengatakan bahwa dgn sepuluh orang perusahaan peniti dpt menghasilkan kurang lbh 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dpt meningkatkan produktivitas dgn meningkatnya keterampilan & kecekatan tiap-tiap pekerja,menghemat waktu yg terbuang dalam pergantian tugas, & menciptakan mesin & penemuan lain yg dpt menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yg memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adl Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yg berakibat pd pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yg disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yg dpt membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kpd bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, & lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.

Manajemen di Era Manajemen Ilmiah

Era ini ditandai dgn berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur—seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick A. Halsey, & Harrington Emerson.
Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yg berjudul Principles of Scientific Management pd tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adl “penggunaan metode ilmiah ukt menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan.” Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sbg tahun lahirya teori manajemen modern.
Henry Gantt yg pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company menggagas ide bahwa seharusnya seorang mampu mandor memberi pendidikan kpd karyawannya ukt bersifat rajin (industrious ) & kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik ukt membantu manajemen yg disebut sbg Gantt chart yg digunakan ukt merancang & mengontrol pekerjaan.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lbh jauh oleh pasangan suami-istri Frank & Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yg dpt mencatat setiap gerakan yg dilakukan oleh pekerja & lamanya waktu yg dihabiskan ukt melakukan setiap gerakan tersebut.
Era ini juga ditandai dgn hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa yg dilakukan oleh para manajer & bagaimana cara membentuk praktik manajemen yg baik.
Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan 5 fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, & mengendalikan.
Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sbg kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pd pertengahan tahun 1950, & terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yg merupakan dasar-dasar & nilai yg menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan sesuatu tipe ideal organisasi yg disebut sbg birokrasi. Bentuk organisasi yg dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yg didefinisikan dgn jelas, peraturan & ketetapan yg rinci, & sejumlah hubungan yg impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk “birokrasi yg ideal” itu tdk ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dgn maksud menjadikannya sbg landasan ukt berteori tentang bagaimana pekerjaan dpt dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi byk organisasi besar sekarang ini.
Perkembangan selanjutnya terjadi pd tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yg merupakan kombinasi dari teori statistika dgn teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dgn “Sains Manajemen”, mencoba pendekatan sains ukt menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik & operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: “Konsep Korporasi” (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yg menugaskan penelitian tentang organisasi.

Manajemen di Era Manusia Sosial

Era manusia sosial ditandai dgn lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen ilmiah. Mahzab perilaku tdk mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adl serangkaian studi penelitian yg dikenal sbg eksperimen Hawthrone.
Eksperimen Hawthrone dilakukan pd tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lbh sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dgn tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yg menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.
Kontribusi lainnya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yg mendapatkan pendidikan di bidang filosofi & ilmu politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pd tahun 1924.[9] Follet mengajukan sesuatu filosifi bisnis yg mengutamakan integrasi sbg cara ukt mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adl ukt menentukan tujuan organisasi & mengintegrasikannya dgn tujuan individu & tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pd etika kelompok daripada individualisme. Dengan demikian, manajer & karyawan seharusnya memandang diri mereka sbg mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the Executive yg menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka ukt merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi & organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi “efektif-efisien”.
Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dgn pencapaian tujuan, & efisiensi adl sejauh mana motif-motif individu dpt terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sbg sistem terpadu di mana kerjasama, tujuan bersama, & komunikasi merupakan elemen universal, sementara pd organisasi informal, komunikasi, kekompakan, & pemeliharaan perasaan harga diri lbh diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori “penerimaan otoritas” didasarkan pd gagasan bahwa bos hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritas itu.

Manajemen di Era moderen

Era moderen ditandai dgn hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality management) di abad ke-20 yg diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yg paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sbg Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dgn mengajukan teori 5 langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dpt ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, & pemanfaatan yg lbh baik atas waktu & material; (2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan kualitas & harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dpt bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana ukt meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.

PERBEDAAN PRINSIP MANAJEMEN


Kenyataan menunjukkan bahwa sebenarnya Managemen baru dikembangkan pada akhir abad ke-19, yaitu oleh Henry Fayol dari Perancis dan Frederick W. Taylor dari Amerika Serikat. Oleh karena kedua orang tersebut telah mengembangkan ilmu Administtasi/Managemen yang dianggap modern pada waktu itu, maka mereka dianggap sebagal pelopor atau Bapak ilmu Adminis-trasi/Managemen. 
Perbedaan daripada analisanya ialah kalau H. Fayol pendekatannya mendasarkan diri atas Administrative Management (managemen administratif), sedangkan F.W. Taylor karena pengalamannya mendasarkan analisanya atas Operative management (managemen operatif). Yang dimaksud dengan Administrative Management ialah suatu pendekatan dari Pimpinan atas sampai ke tingkat pimpinan yang terbawah sekalipun, termasuk para pekerjanya. Sedangkan yang dimaksud dengan Operative Management ialah pendekatan dari bawah ke tingkat yang lebih atas. Titik beratnya ialah efisiensi dan produktivitas para pelaksananya yang terdapat di tingkat bawah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar